Senin, 01 September 2008

Virus Tanaman Cabai

Mengenali Virus Tanaman Cabai
Oleh Mr.A'an
Serangan penyakit yang di sebabkan oleh virus telah membuat heboh dan mengagetkan banyak orang. Sebut saja SARS, AIDS, flu burung (avian influenza), dan akhir-akhir ini kasus virus polio di Sukabumi yang mengakitbatkan kelumpuhan. Bagi petani cabai, ternyata serangan virus telah menjadi sesuatu yang menakutkan pula. Betapa tidak, dalam beberapa tahun terakhir ini ribuan hektar cabai luluh lantah di terjang virus dengan gejala kuning keriting.

Sejak kapan tanaman cabai terserang virus dengan gejala kuning keriting, tak ada catatan yang pasti. Namun pada tahun 2003, virus telah meresahkan dan merugikan petani di berbagai sentra tanaman cabai di Indonesia (Kompas, 31 Mei, 2003; Trubus April 2003/XXXIV). Kumulatif luas serangan penyakit virus kuning per Desember 2004 mencapai 984,6 hektar (MI online-2/9/05). Direktorat Perlindungan Holtikultura Departemen Pertanian RI, memperkirakan tingkat kehilangan hasil petani sekitar 1.626 ton. Dengan harga cabai di tingkat petani Rp 4.500 per kilogram (kg) maka tingkat kerugian mencapai 7,31 milyar. Hingga saat ini, penyakit virus kuning telah menyerang lahan tanaman cabai di Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Barat, Bali, Lampung, Sumatera Barat, Sumatera Utara, Nangroe Aceh Darussalam (NAD), Bengkulu, Kalimantan Timur dan Gorontalo. Di Sleman, virus yang lebih di kenal dengan bule amerika ini telah meluluh lantahkan lebih dari 116 hektar tanaman cabai.

Berita terkini (Kompas, 11 Mei 2005), ratusan hektar tanaman cabai di Kecamatan Tambangan, Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara, hancur dan gagal panen karena terserang virus. Akibatnya, petani mengalami kerugian jutaan rupiah dan terancam tidak mampu menanam cabai lagi pada musim tanam berikutnya. Serangan virus yang selalu datang setiap tahun tentu akan menimbulkan keengganan petani untuk menanam cabai. Namun di sisi lain, menurunnya luas penanaman akan membuka peluang bagi petani untuk dapat meraih keuntungan, asalkan bisa menangkis serangan virus. Mengetahui virus penyebab penyakit secara pasti dan faktor-faktor yang mempengaruhinya sangat penting untuk menentukan tindakan pengendalian yang tepat.

Gejala dan Virus Penyebab Penyakit

Serangan virus ini pada tanaman cabai menunjukkan gejala bercak kuning di atas permukaan daun, dan perlahan-lahan bercak itu meluas hingga seluruh permukaan daun menguning. Bentuk daun menjadi lebih kecil dari ukuran daun normal, melengkung dan kaku. Pada serangan yang berat, hamparan cabai bisa berubah warna menjadi kuning, lalu daun akan rontok. Bila kita perhatikan tanaman yang terserang virus ini maka di bawah permukaan daun akan di terlihat kutu berwarna putih/kutu kebul (Besimia tabaci Genn.) yang di duga sebagai vektor (pembawa) penyebar virus. Melihat gejala di atas dan adanya kutu kebul, ada dugaan bahwa penyakit kuning keriting tersebut di sebabkan oleh geminivirus.

Geminivirus merupakan virus tanaman yang banyak menimbulkan kerusakan di daerah tropik dan subtropik. Geminivirus ini mempunyai genom berupa DNA utas tunggal (single stranded/ss DNA), berbentuk lingkaran dan terselubung protein dalam virion ikosahedral kembar (gemini) dengan ukuran 18~30 nm. Virus ini diklasifikasikan dalam famili Geminiviridae yang terbagi dalam 4 genus (Mastrevirus, Curtovirus, Topovirus, dan Begomovirus) berdasarkan struktur genom, serangga vektor dan tanaman inang. Genus Mastrevirus mempunyai genom berukuran 2.6~2.8-kilo base (kb), ditularkan oleh wereng hijau (Leafhopper) ke tanaman monokotil. Genus Curtovirus merupakan virus dengan genom berukuran 2.9~3.0 kb., ditularkan juga oleh wereng hijau (Leafhopper) ke tanaman dikotil. Genus Topovirus mempunyai ukuran genom yang sama dengan Curtovirus, namun virus ini ditularkan oleh wereng pohon (Treehopper) ke tanaman dikotil. Sedangkan genus Begomovirus mempunyai genom berukuran 2.5~2.9 kb., yang menyerang tanaman dikotil dan ditularkan oleh kutu kebul (Whitefly, Bemisia tabaci Genn.). Begomovirus mempunyai spesies yang paling banyak dan menyerang banyak tanaman di bandingan 3 genus yang lainnya. Untuk membedakan virus sampai ke tingkat spesies maka mengetahui urutan sekuen DNA merupakan cara yang paling tepat.

Hasil sekuen DNA begomovirus asal tanaman cabai dari Indonesia dibandingkan dengan beberapa spesies begomovirus yang telah di ketahui di GenBank diantaranya Tomato yellow leaf curl virus (TYLCV, X15656), Tomato leaf curl virus (ToLCV, S53251), Tomato yellow leaf curl Thailand virus (TYLCTHV, X63015), Ageratum yellow vein virus (AYVV, X74516), Pepper leaf curl virus (PepLCV, AF134484), Tomato leaf curl Indonesia virus (ToLCIDV, AF189018) dan Tomato leaf curl Java virus (ToLCJAV, AB100304), menunjukkan kesamaan sekuen DNA di bawah 90%. Artinya bahwa begomovirus asal tanaman cabai dari Indonesia merupakan spesies yang berbeda dengan begomovirus yang sudah di laporkan sebelumnya. Kemudian di namakan Pepper yellow leaf curl Indonesia virus (PepYLCIDV) dan terdaftar di DDBJ (DNA Data Bank of Japan), EMBL (The European Molecular Biology Laboratory) atau GenBank dengan accession number AB189850. Secara genetik PepYLCIDV mempunyai hubungan kekerabatan yang lebih dekat dengan ToLCPHV asal Filipina di bandingkan spesies lainnya.

Cara Pengendalian

Sampai saat ini belum ditemukan bahan kimia atau cara fisik yang dapat mematikan atau menginaktifkan begomovirus dalam tanaman tanpa mempengaruhi kehidupan tanaman itu sendiri. Oleh karena itu, saat ini pengendalian penyakit virus ini bukan ditujukan untuk menyembuhkan tanaman yang terinfeksi, namun lebih mengutamakan pada pengelolaan ekosistem yang dapat mencegah dan mengurangi terjadinya infeksi virus pada pertanaman lainnya.

Secara alamiah begomovirus tidak menular melalui benih tapi hanya menular dengan bantuan serangga B. tabaci dari tanaman satu ke tanaman lainnya. Karena itu, pengendalian serangga vektor (B. tabaci) dan sumber penyakit lainnya merupakan kunci dalam mengendalikan begomovirus. Bersihkan tanaman di sekitar lahan dari tanaman atau gulma yang menjadi inang begomovirus seperti tomat, babadotan (Ageratum conyzoides L.), atau tembakau. Waspadai bila tanaman tomat menunjukkan gejala daun kekuningan atau menggulung, dan babadotan dengan lurik kekuningan, karena bisa menjadi sumber virus yang akan menyerang tanaman anda.

Bila ada tanaman cabai yang menunjukkan gejala daun kuning keriting/melengkung sebaiknya di cabut dan di buang. Mengendalikan B. tabaci dapat di lakukan secara biologi, fisik atau kimia dengan pestisida. B. tabaci dapat di kendalikan secara biologi dengan parasit Encarsia (Encarsia Formosa; E. lutela), Eretmocerus californicus, E. mundus dan E. eremicus. Namun, Encarsia lebih umum di gunakan untuk mengendalikan B. tabaci di rumah kaca maupun lapang. Patogen serangga seperti Beauveria bassiana dan Paecilomyces fumosoroseus juga dapat di gunakan untuk pengendalian B. tabaci. Pengendalian secara biologi sebaiknya di aplikasikan bila populasi B. tabaci tidak terlalu tinggi. Bila populasi tinggi sebaiknya di ikuti cara pengendalian lainnya.

Secara fisik, pengendalian dapat di gunakan dengan menggunakan perangkat (sticky traps) terbuat dari plastik atau papan berwarna kuning, lalu bungkus dengan plastik transparan yang bagian luarnya telah di beri lem/perekat. Lalu di pasang di tengah pertanaman cabai sebagai perangkap B. tabaci. Pestisida nabati seperti Pyrethrin (dari chrysanthemum) dan nimba dapat digunakan untuk menekan populasi B. tabaci. Bila menggunakan pestisida komersial sebaiknya pilih yang berbahan aktif organophospathes,, carbamates, atau pyrethroid. Pengendalian dengan pestisida sebaiknya digunakan sore hari atau pagi-pagi sebelum matahari terbit, dan dapat menjangkau permukaan bawah daun dimana biasanya B. tabaci berada.

email: bystrekermraabmedancity@gmail.com`````streker_s@yahoo.co.id

Tidak ada komentar: